Analisis Semiotika dalam Film Alangkah Lucunya ( Negri Ini )

 Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) mengangkat potret nyata yang ada dalam kehidupan bangsa Indonesia. Film ini juga dipenuhi bintang film Indonesia, tercatat ada sembilan nama peraih piala citra yang berkolaborasi secara sempurna untuk menyajikan tontonan yang berkualitas. 

SlametRahardjo, Deddy Mizwar, Tio Pakusadewo, dan Rina Hasyim. Keseluruhan film dipenuhi satir-satir politik yang cerdas. Jauh dari itu film ini membuka mata kita semua.Tentang pendidikan, tentang pengangguran, tentang kerasnya hidup di jalanan, serta kritik pada penguasa negeri ini. Tanpa pemahaman, film ini hanya akan sekedar menjadi komedi belaka.

Dengan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai makna simbolis mengenai pesan moral yang ingin disampaikan pada film Alangkah Lucunya (Negeri Ini). Maka itu, sangat penting untuk mengetahui Semiotika Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) agar masyarakat bisa mengetahui film-film yang mendidik dan lewat film ini, bisa memberikan inspirasi bagi generasi penerus bangsa tentang pentingnya pendidikan untuk membangun suatu bangsa negara yang lebih baik kedepannya.

Dengan Mengetahui Semiotika dari Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) maka Masyarakat maupun penonton bisa tahu yang film yang komedi biasa atau komedi tak berisi (absurb) dengan film komedi satir (sindiran) yang sarat akan pesan positif bagi pemerintah, para pembuat film dapat belajar dari Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) dengan memberikan pada masyarakat film yang berisi harapan dan cita-cita kedepan untuk pendidikan dan karakter bangsa dan negara kita Indonesia. 


PENDAHULUAN

Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV. Film merupakan salah satu media massa yang berbentuk audio visual dan sifatnya sangat kompleks. Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai alat informasi yang bisa menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik. Ia juga dapat menjadi sarana rekreasi dan edukasi, di sisi lain dapat pula berperan sebagai penyebarluasan nilai-nilai budaya baru. Film bisa disebut sebagai sinema atau gambar hidup yang mana diartikan sebagai karya seni, bentuk populer dari hiburan, juga produksi industri atau barang bisnis. Film sebagai karya seni lahir dari proses kreatifitas yang menuntut kebebasan berkreativitas. (H. Hafied, 2008:136). Dalam pembuatan film tidak mudah dan tidak sesingkat yang kita tonton, membutuhkan waktu dan proses yang sangat panjang diperlukan proses pemikiran dan proses teknik. Proses pemikiran berupa pencarian ide, gagasan, dan cerita yang akan digarap. Proses teknik berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan ide, gagasan menjadi sebuah film yang siap ditonton. Pencarian ide atau gagasan ini dapat berasal dari mana saja, seperti, novel, cerpen, puisi, dongeng, sejarah, cerita nyata, bahkan kritik sosial pada pemerintah. Salah satu film yang berisi kritik sosial pada pemerintah adalah film

 Alangkah Lucunya Negeri Ini. Film ini merupakan film drama komedi satire Indonesia yang dirilis pada tanggal 15 April 2010 yang disutradarai oleh Deddy Mizwar. Film ini dibintangi antara lain oleh Reza Rahadian dan Dedy Mizwar.

Film ini mencoba mengangkat potret nyata yang ada dalam kehidupan bangsa Indonesia. Film ini juga dipenuhi bintang film Indonesia, tercatat ada sembilan nama peraih piala citra yang berkolaborasi secara sempurna untuk menyajikan tontonan yang berkualitas. Slamet Rahardjo, Deddy Mizwar, Tio Pakusadewo, dan Rina Hasyim. Keseluruhan film dipenuhi satir-satir politik yang cerdas. Jauh dari itu film ini membuka mata kita semua. Tentang pendidikan, tentang pengangguran, tentang kerasnya hidup di jalanan, serta kritik pada penguasa negeri ini. Tanpa pemahaman, film ini hanya akan sekedar menjadi komedi belaka. 

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itusendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

Menurut Anne Gregory, Analisis adalah langkah pertama dari proses perencanaan.

Menurut Dwi Prastowo Darminto & Rifka Julianty, Analisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

Semiotika

 Istilah semeiotics (dilafalkan demikian) diperkenalkan oleh Hippocrates (460-337SM), penemu ilmu medis Barat, seperti ilmu gejala-gejala. Gejala, menurut Hippocrates, merupakan semeion, bahasa Yunani untuk penunjuk (mark) atau tanda (sign) fisik.

 Dari dua istilah Yunani tersebut, maka semiotik secara umum didefinisikan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory (semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki) ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia.

Film

Menurut UU 8/1992, Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan salah-satu media komunikasi massa audio visual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan sistem lainnya. Film berupa media sejenis plastik yang dilapisi emulsi dan sangat peka terhadap cahaya yang telah diproses sehingga menghasilkan gambar (bergerak) pada layar yang dibuat dengan tujuan tertentu untuk ditonton. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser pada penggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Sebuah film, juga disebut gambar bergerak, adalah serangkaian gambar diam atau bergerak. Hal ini dihasilkan oleh rekaman gambar fotografi dengan kamera, atau dengan menggunakan teknik animasi atau efek visual. 

Teori Semiotika Roland Barthez

Teori Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu denotasi dan konotasi. Kata konotasi berasal dari bahasa Latin connotare, ^menjadi makna_ dan mengarah pada tanda-tanda kultural yang terpisah/bebeda dengan kata (dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi). Kata melibatkan simbol-simbol, historis dan yang berhubungan dengan emosional.

Roland Barthes, semiotikus terkemuka dari Prancis dalam bukunya Mythologies (1972) memaparkan konotasi kultural dari berbagai aspek kehidupan keseharian orang Prancis, seperti steak dan frites, deterjen, mobil ciotron dan gulat. Menurutnya, konotasi dunia tersebut dan secara lebih luas basis idiologinya.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah Content Analysis (Analisis Isi). Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Untuk menjelaskan identifikasi masalah di atas, maka diambil enam scene sertawaktu dan durasinya yang memiliki pesan terkait dengan Bidang Pendidikan di Indonesia yang telah dianalisis dengan menggunakan Teori Semiotika Roland Barthes

Ramalan Hidup, dan Penjual Ayat-Ayat Pelindung dari Malapetaka. Dan setiap Gambar tadi, terlihat betapa antusiasnya pembeli dengan tawaran-tawaran tadi. 

Makna Konotasi

 Konotasi yang ingin disampaikan oleh gambar ini adalah adanya kontradiksi antara dua paham atau kepercayaan dalam Masyarakat Indonesia. Di Abad 21 ini, meskipun Logika dan Pemikiran Modern sudah muncul di bidang akademik, Masih begitu banyak Masyarakat di Indonesia masih menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme, pemujaan terhadap roh (sesuatu yang tidak tampak mata). Mereka percaya bahwa roh nenek moyang yang telah meninggal menetap di tempat-tempat tertentu, seperti pohon pohon besar. Arwah nenek moyang itu sering dimintai tolong untuk urusan mereka. Makna Mitos Dunia mengenal Indonesia adalah Negara yang beraneka ragam agama dan sangat memegang kepercayaan Kepada Tuhan yang Maha Esa.

 Kepercayaan Agama Kristen, dalam Kitab Imamat 19:31, _Janganlah kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal; janganlah kamu mencari mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka; Akulah TUHAN, Allahmu bersembah kepada matahari dan jangan pula kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakan matahari dan bulan,

 Artinya, setiap Agama sangat menentang Animisme dan Dinamisme di Indonesia. Bahkan Dalam Pendidikan Sekolah, Sangat diwajibkan untuk mengikuti Pendidikan Agama. Indonesia di lain sisi dijuluki Negara yang Berpendidikan dan Beragama, tapi di lain sisi negara masih permisif terhadap masyarakat yang menganut Animisme dan Dinamisme. 

Konotasi

Pencopet: Saya kan pencopet bang, bukan tukang minta-minta? Makna Konotasi yang muncul disini yaitu Gambaran Anak-anak Jalanan di Indonesia (Jakarta) yang sudah sejak dini dipekerjakan sebagai pencopet, bukan tukang minta-minta. Pencopet sangat dikonotasikan sebagai tindakan kriminal, sudah layaknya seperti pekerjaan yang digeluti anak-anak jalanan di Ibukota. Sedangkan Tukang Minta-Minta (Mengemis) diartikan sebagai tindakan keputusasaan atau bukan suatu profesi maupun pekerjaan.

 KESIMPULAN

1. Makna Denotasi

Makna denotasi dalam penelitian ini adalah gambaran tentang potret kehidupan Anak￾anak terlantar di Indonesia yang dahulunya pencopet menjadi pengasong, khususnya di Jakarta, Sehingga, ada beberapa lokasi yang diwakilkan, serta Lingkungan kehidupan rakyat Indonesia di Jakarta. . Makna Konotasi Makna konotasi yang terlihat dalam film ini adalah perjuangan yang dilakukan Muluk terkait dengan Penerapan dan pengimplementasian Pendidikan yang sesungguhnya dalam kehidupan. Lebih khusus lagi, Muluk berjuang dengan cara merubah kehidupan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review jurnal yang meneliti tentang Semiotika

Contoh Semiotika Dalam Kehidupan Sehari Hari